PEMBACA RUBRIK YANG DIMULIAKAN ALLAH! Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya: “Barang siapa yang melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah kemungkaran itu diubah dengan dengan tangannya, bila tak mampu hendaklah diubah dengan lisannya, bila tidak mampu juga, maka hendaklah diubah dengan hatinya. Demikian itu menunjukkan kualitas imannya yang terlemah (HR. Muslim, dari Abu Sa’id Al Khudri).
Bertitik tolak dari hadits di atas, kemudian melihat kenyataan yang ada saat ini, sesungguhnya banyak persoalan ummat yang perlu diperhatikan oleh umara dan ulama. Umara dan Ulama merupakan dua element penentu dalam kehidupan ini, karena keduanya memiliki peran vital dalam memberikan keputusan yang hampir menyentuh dalam segala lini kehidupan. Bahkan dalam sebuah pesan Rasul menegaskan, bila kedua ini berjalan dengan imbang, maka umat akan menjadi baik dan tentram. Namun sebaliknya, apabila kedua element ini larut dalam kerusakan moralitas, tentu dampaknya juga menyentuh kepada ummat yang disebut juga dengan istilah rakyat. Dengan demikian, ulama dan umara punya tanggung jawab yang besar dalam menata kehidupan ummat ini.
Ketika umara dan ulama dipertontonkan di media, segala aktifitas mereka disorot oleh kamera, dari hal-hal positif hingga ihwal negatif. Keberadaan mereka menjadi fokus analisis, tetapi kecenderungan penilaian lebih kepada hal-hal negatif. Apakah itu berlaku pada umara, dan pada para ulama. Sehingga eksistensi ulama menjadi pudar, dan keberadaan umara tidak berwibawa. Dengan begitu, umat menjadi galau, kehilangan pedoman, penunjuk arah sebagai kompas kehidupan ini. Kehilangan eksistensi ulama ditandai dengan berbagai dekadensi moral; korupsi, ustazd cabul, ceramah sembarangan, ulama ngartis dan lain-lain. Sementara kehilangan eksistensi umara ditandai dengan korupsi hampir di segala tingkat pejabat, terkena kasus narkoba, pelecehan seksual dan hal-hal lain. Skenario ini menciptakan “kepanikan sosial” bagi umat. Pada akhirnya, umat kehilangan figur untuk dijadikan suri tauladan (uswatun hasanah). Maka, timbullah sebuah pertanyaan, Ustazd melihat keadaan para ulama yang saling bertikai, para umara yang sibuk menimbun harta dan kekayaan. Lebih khusus lagi, pemimpin Negara ini yang tidak berpihak pada kebutuhan rakyat, BBM dinaikkan tanpa pertimbangan yang jelas, lalu kami sebagai ummat harus berkiblat kemana? Siapa yang bisa kami jadikan teladan di negeri ini? Apakah kami harus masa bodo dengan ini semua?
Saya hanya menjawab dengan bahasa diplomatis, bahwa apa yang terjadi saat ini di tengah kehidupan berbangsa dan beragama merupakan grand design dan konspirasi besar terhadap kita sebagai rakyat biasa. Kita sebagai rakyat memang tidak bisa berbuat banyak, karena kita tidak punya daya untuk melakukan hal itu. Walau demikian, ada hal yang perlu kita perbaiki, yaitu kualitas ibadah kita, agar Allah selalu mendengar keluhan-keluhan yang menimpa hambaNya. Bila kita tidak punya daya dalam bentuk kekuasaan dan daya dalam bentuk dakwah lisan, maka masih ada pilihan terakhir, yaitu masa bodo dengan segala gaya dan kebijakan umara dan ulama saat ini. Tetapi jangan sampai kita kehilangan panutan dan tuntunan hidup. Karena panutan itu hanya ada pada para Nabi dan Rasul Allah SWT. Dalam Al-Quran, uswatun hasanah itu terdapat dua kategori: uswatun hasanah yang ditujukan pada Ibrahim As dan keluarganya, dan Nabi Muhammad SAW karena akhlak dan budi pekerti beliau. Dengan demikian, tidak salah bila kita bersikap masa bodoh dengan umara dan ulama kita saat ini, tetapi bukan berarti semua umara dan ulama tidak bisa kita jadikan panutan. Namun yang paling krusial, jadikanlah nabi Ibrahim dan keluarganya serta Nabi Muhammad sebagai panutan dan uswah hasanah buat keluarga kita. Wallahu A'lam!
FOLLOW THE Kabarindragiri.com AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow Kabarindragiri.com on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram